Translate

Hosting Unlimited Indonesia

Mei 04, 2013

Miskin dan Terbelakang: Nasib Pengerajin Gula Kelapa?

Pengrajin gula kelapa merupakan warga negara kelas dua yang tidak dianggap untuk mendapatkan perhatian dan belaian dari masyarakat umum, khususnya pemerintah. Bagi warga pengerajin gula kelapa kondisi sedemikian adalah karena memang nasib
mereka adalah memang sebagai warga rendahan yang miskin, dengan usaha kerja keras, lingkungan yang terpencil, dan minimnya fasilitas pembangunan dari pemerintah.
Biasanya tempat tinggal warga pengerajin gula kelapa adalah di wilayah pegunungan, dan mereka sangat sulis di akses. Sehingga jalan menuju perkampungan perumahan penduduk sangat kurang diperhatikan, kondisinya rusak, dan bahkan jalur ke lokasi kebun kelapa yang setiap hari di-deres (mengambil nira kelapa).
Warga pengerajin gula kelapa mempunyai persepsi yang sangat sederhana tentang pembangunan dan kesejahteraan. Mereka tidak banyak mengeluh untuk terus bekerja dan menghasilkan nira untuk terus juga memproduksi gula kelapa. Namun, ketertekanan ekonomi khususnya untuk memenuhi kebutuhan dasar sangat mendesak mereka untuk mencari alternatif lain penghasilan. Tak jarang mereka mengijinkan anaknya untuk merantau (urbanisasi) ke kota-kota besar, seperti: Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, bahkan hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapore, Korea.
Namun, kemiskinan dan terbelakangnya warga pengerajin gula kelapa masih jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kegiatan inisiasi perubahan nasib bagi pengerajin gula kelapa juga masih sangat jarang dilakukan. Hal ini sangat berbeda dengan warga petani padi-sawah, yang hampir setiap musim tanam mendapatkan sentuhan perhatian, seperti: bantuan subsidi pupuk, pengadaan bibit, bantuan traktor, dll. (tile)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar