Susanto |
Kondisi penderes di wilayah Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara khususnya yang sangat memprihatinkan dengan kondisi dan letak geografis yang sangat susah dijangkau, jalan menanjak, belum beraspal, dan jika hujan sangat licin, serta rawan terhadap kecelakaan longsor dan terpeleset. Kondisi kemiskinan yang berkelanjutan terutama dengan harga gula yang tidak stabil dan tidak tetap. Harga gula kelapa terkadang bagus, melebihi harga beras, akan tetapi harga kebutuhan pokok lainnya terus meningkat, naik. Harga gula kelapa sering juga mengalami ketidak-stabilan dan turun dari Rp. 11.000,- pada bulan Agustus 2012, hingga sekarang turun hingga Rp. 7.200,- Harga gula kelapa turun artinya adalah
penghasilan penderes secara langsung berkurang dan menurun pula tingkat kecukupan gizi untuk keluarga. Harga gula kelapa turun menyebabkan keluarga penderes menjadi lebih prihatin sehingga mengurangi konsumsi makanan bergizi.
Kondisi
ketergantungan rejeki dari profesi sebagai seorang penderes tidak dapat terlepas
dari tingkat harga gula kelapa. Produksi gula kelapa dari kaum penderes juga
sangat menentukan harga yang diperolehnya. Penderes di wilayah Gumelem pada
saat ini masih memproduksi gula kelapa cetak yang dibentuk menggunakan
cetakan-cetakan. Harga gula kelapa cetak naik turun sangat ditentukan oleh
pasar dan kebutuhan gula kelapa cetak dengan trend harga gula kelapa. Ketidakstabilan harga gula tersebut sangat
tidak menguntungkan terhadap posisi kaum penderes sebagai produksen gula
kelapa. Apalagi bagi kaum penderes yang menggantungkan seluruh penghasilan
ekonomi keluarganya hanya dari profesi sebagai seorang penderes.
Seorang penderes
bekerja setiap hari dari mulai pagi hingga siang, dan dari sore hingga petang,
mulai menyiapkan peralatan menyadap nira, menyadap nira (menderes), hingga
memasak nira, sampai akhirnya mencetak gula kelapa. Pada kondisi demikian tidak
dapat dikatakan bahwa kemiskinan seorang penderes dikarenakan budaya kemiskinan
yang dilakoninya setiap hari. Seorang penderes sangat giat bekerja dan tidak
mengenal lelah untuk melakukan kerja-kerja profesi sebagai seorang penderes
dengan penuh penjiwaan dalam melakukan kerja menderes (menyadap nira). Namun,
setiap kerja dan keringat yang dikeluarkannya tidak secara langsung dapat
berpengaruh terhadap tingkat tingginya kesejahteraannya. Ada apa dengan kondisi demikian?
B. Gula Bathok: Produksi Konvensional Gula
Kelapa
Kaum penderes di
wilayah Gumelem Wetan mempunyai ciri khas khusus dalam membuat cetakan gula
kelapa. Cetakan gula kelapa di wilayah Gumelem Wetan menggunakan bathok buah
pohon kelapa yang dibelah menjadi dua, sehingga biasanya warga di wilayah
tersebut menyebut gula cetak yang mereka produksi dengan sebutan gula bathok. Kaum
penderes sangat meyakini bahwa gula bathok merupakan produksi gula kelapa yang
sudah diturunkan oleh nenek moyang mereka sejak jaman dahulu.
Gula cetak yang
pernah dibuat oleh kaum penderes di wilayah Gumelem Wetan hingga sekarang sudah
mulai bervariasi, mulai dari gula cetak bathokan, gula cetakan bambu, dan gula
cetak kayu pinus. Harga gula cetak di wilayah Gumelem Wetan dengan variasi
cetakan tersebut tidak membuat gula kelapa menjadi berbeda dalam harganya.
Harga gula kelapa dalam berbagai bentuk cetakan dianggap sama. Padahal menurut
penderes bahwa perbedaan bentuk cetakan gula merupakan kerepotan tersendiri dan
membutuhkan proses dan keahlian yang berbeda-beda.
Harga gula
kelapa akan berbeda jika hasil gula kelapa yang dibuat oleh penderes dianggap
gagal dicetak. Gula kelapa yang gagal dicetak sering disebut sebagai gula gemblung. Gula gemblung dihargai lebih rendah dari gula cetak. Penderes menganggap
jika hasil gula kelapa menjadi gemblung
maka mereka akan sangat terasa bahwa penghasilannya akan berkurang sekali. Oleh
karena itu, orientasi untuk membuat gula bathokan sangat antusias sekali dari
pada membuat gula gemblung.
C. Gula Semut Organik: Meningkatkan
Kesejahteraan Penderes
Pada awal bulan
Oktober 2012, warga Desa Gumelem Wetan kedatangan tamu dari LPPSLH (Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup) Purwokerto.
LPPSLH Purwokerto memperkenalkan produksi gula semut organik. Gula semut
organik adalah gula semut yang dikelola secara organik. Gula semut adalah gula
kelapa yang dibuat secara khusus dengan cara melakukan pengayakan di akhir
proses pembuatannya. Pengelolaan organik dimaksudkan adalah pembuatan gula
kelapa semut tanpa menggunakan obat kimia cap gajah. Obat kimia cap gajah
mempunyai kandungan natrium bi-sulfit yang dianggap berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Penderes di
wilayah Gumelem Wetan memberikan tanggapan yang datar tentang program
peningkatan kualitas gula kelapa. Namun, dengan intensitas praktek-praktek dan
pendampingan dari LPPSLH maka warga penderes di wilayah tersebut akhirnya mulai
menyadari bahwa alternative produk gula kelapa cetak dapat menambah penghasilan
kaum penderes. Harga gula semut organik non sertifikat oleh pembeli dari P3R
(Pusat Pengembangan Produksi Rakyat) salah satu distributor gula semut organik
bersertifikat dihargai Rp. 13.000,- per kilogram. Pembuatan gula semut organik
sudah mulai dirasakan dampaknya oleh para penderes di wilayah Gumelem Wetan.
Produksi pertama gula semut organik adalah 300 kg/bulan, hingga sekarang sudah
4 bulan berjalan. Pada bulan terakhir ini, produksi gula semut organik non
sertifikat sudah meningkat menjadi 3.047 kg/bulan.
Pendapatan dan
penghasilan penderes dalam rangka peralihan produksi (diversifikasi produksi)
gula kelapa bathokan menjadi gula semut sudah meningkat menjadi 45% dari
penghasilan awal mereka sebelum membuat gula semut organik non sertifikat.
Strategi selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah meningkatkan status gula
semut organik non sertifikat menjadi gula semut organik bersertifikat. Oleh
karena itu, warga sepakat untuk membuat koperasi penderes gula kelapa/aren
untuk memfasilitasi strategi sertifikasi lahan kebun kelapa organik. Pada akhir
bulan April 2013, warga penderes merealisasikan terbentuknya Koperasi Nira
Kamukten untuk merealisasikan seluruh impian penderes untuk lebih maju dan
sejahtera. Berikut dapat dilihat peningkatan produksi gula semut organik non
sertifikat di wilayah Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara,
sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik
Pertumbuhan Produksi Gula Semut Organik Non-Sertifikat di Gumelem Wetan
Oleh: SUSANTO (Icue$)
(Ketua
Koperasi Nira Kamukten Kabupaten Banjarnegara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar